Jumat, 27 April 2012

KASIH SEBAGAI JAWABAN

KASIH SEBAGAI JAWABAN

Kasih adalah jawaban atas semua permasalahan percintaan yang anda alami. Ini adalah keyakinan Dr. Gary Chapman yang menulis buku Lima Bahasa Kasih dan juga buku Kasih Sebagai Jawaban. Kali ini saya akan memfokuskan pada buku kedua. Masalah - masalah apa saja yang bisa diselesaikan dengan cinta dan bagaimana kekuatan cinta menyelesaikan segala persoalan tadi ? Dan yang paling penting, apakah kasus saya termasuk di dalamnya ?
Kasih adalah Jawaban

KETIKA KITA TELAH SALAH MEMILIH
Semua orang benci dengan kesalahan dan berusaha untuk lari dari masalah. Ironisnya, ketika menyangkut cinta justru kita berlari mendekati masalah. Saya jadi teringat kata-kata seorang hamba Tuhan :
"Buka mata lebar - lebar sebelum menikah. Dan tutup mata rapat-rapat setelah menikah."
Tapi, nyatanya kita menutup mata rapat-rapat waktu berpacaran dan terkejut bukan main setelah menikah. Cinta memang buta dan membutakan siapa yang terjatuh di dalamnya. Itulah kekuatan cinta, terserah mau dibilang positif atau negatif. Cinta bisa mengangkat seseorang ke awan sekaligus membanting ke dasar laut yang paling dalam.
Masalah akan muncul setelah kita tinggal serumah ! Ketika jalan mundur telah tertutup ! Ketika kita salah memilih, bukan surga yang kita dapatkan melainkan neraka. Seumur hidup pula !
Beberapa mengetahui pasangannya pecandu obat-obatan sesaat setelah masa bulan madu. Sebagian tinggal serumah dengan pasangan yang suka melakukan KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga). Sebagian lagi baru mengetahui setelah beberapa tahun menikah kalo pasangannya ternyata berselingkuh. Sisanya pecandu minuman keras, ringan tangan, dan pengangguran. Dan saya yakin masih ada banyak masalah dalam berbagai bentuknya yang membuat kita menyesal telah menikah !
Buku Kasih Sebagai JawabanBisakah hal ini dihindari ? Ingat, buka mata lebar-lebar saat berpacaran ! Inilah satu-satunya cara menghindari semua masalah di masa depan. Looooh.... saya wes kadung pak Wapan ? Gimana ini ? Adakah solusi untuk masalah saya ? Saya sumpek pak, hidup segan mati pun enggan ! Pasangan saya tidak bertanggungjawab dan tidak berguna ! Padahal dulu waktu pacaran dia adalah calon pasangan yang paling sempurna yang pernah saya kenal ! Mengapa bisa begini pak ? Tolongin saya dong pak.... kasih saran apa saja, saya akan melakukannya  karena saya sudah putus asa !
Waduh... saya coba yaaa, semoga inspirasi yang saya dapatkan dari membaca buku Kasih Sebagai Jawaban karangan Gary Chapman bisa membantu menyelesaikan masalah yang anda hadapi !

MITOS – MITOS DALAM HUBUNGAN  
Perhatikan empat pernyataan berikut ini. Mana di antaranya yang benar ?
  1. Pikiran saya ditentukan oleh lingkungan saya
  2. Orang tidak bias berubah
  3. Apabila perkawinan anda tidak bahagia, hanya ada dua pilihan : pertama terima nasib dan hidup sengsara atau alterinatif kedua: keluar dari perkawinan (bercerai).
  4. Beberapa situasi benar-benar tidak memiliki jalan keluar
Jika anda banyak menjawab benar atas pernyataan tersebut, teruskan membacanya. Sesungguhnya keempat pernyataan itu salah dan merupakan mitos yang biasa dipercaya orang. Kehidupan yang sebenarnya berarti bertanggungjawab penuh atas pikiran, perasaan, dan tindakan saya sendiri. Sebaliknya, mereka yang percaya salah satu dari keempat mitos itu akan bertindak selaras dengannya, sehingga tindakan mereka menjadi bagian dari permasalahan ketimbang merupakan bagian dari suatu penyelesaian. Mari kita lihat keempat mitos itu lebih seksama.
MITOS 1 : Pikiran saya ditentukan oleh lingkungan saya. Pandangan yang umum saat ini adalah bahwa kita merupakan korban dari lingkungan kita. Pandangan ini diungkapkan dalam pernyataan berikut ini. SEandainya saya dibesarkan dalam keluarga yang penuh cinta kasih dan memberikan dukungan, saya akan menjadi orang yang selalu mendukung dan penuh kasih. Jikalau saya dibesarkan dalam keluarga yang disungsional, maka nasib menentukan saya akan gagal dalam membina hubungan. Jika saya menikah dengan suami yang pemabuk, saya akan hidup sengsara. Keadaan emosional saya ditentukan oleh tindakan suami saya.
Jenis pendekatan dalam hidup seperti ini membuat seseorang menjadi tidak berdaya dalam lingkungan yang buruk. Hal itu disertai pula oleh perasaan ketakberdayaan dan serinkali mengarah pada depresi. Dalam perkawinan yang bermasalah, mentalitas menjadi korban ini membuat pasangan mengambil kesimpulan bahwa “Hidup saya tidak bahagia dan satu-satunya harapan adalah kematian pasangan saya atau perceraian.” Saya yakin kisah hidup Viktor Frankl ini akan memberikan pemahaman yang baru tentang pilihan berpikir.
Viktor FranklFrankl adalah seorang determinist yang dibesarkan dalam tradisi psikologi Freud, yang mendalilkan bahwa apapun yang terjadi pada diri anda sewaktu masih kanak-kanak akan membentuk karakter dan kepribadian anda dan pada hakikatnya mengatur seluruh kehidupan anda. Batas dan parameter dari kehidupan anda sudah ditentukan, dan , pada dasarnya anda tidak dapat berbuat banyak.
Viktor Frankl juga seorang psikolog dan seorang Yahudi. Ia dipenjara dalam kamp maut Nazi Jerman dimana ia mengalami hal-hal yang begitu menjijikan bagi tata susila kita sampai-sampai kitapun jijik untuk sekedar menceritakannya.
Orangtuanya, saudara laki-lakinya, dan juga istrinya meninggal di kamp tersebut atau dikirim ke kamar gas. Selain seorang saudara perempuannya, seluruh keluarga Frankl binasa. Frankl sendiri menderita siksaan dan penghinaa yang tak terkira banyaknya, tidak pernah tahu dari hari ke hari apakah ia akhirnya akan berakhir di kamar gas atau apakah ia akan berada di antara mereka yang “selamat” yang akan menyingkirkan mayat-mayat atau menyerok keluar abu mereka yang sudah menemui ajal.
Suatu hari, telanjang dan sendirian dalam sebuah kamar yang sempit, ia mulai sada akan apa yang belakangan ia sebut “puncak keebasan manusia” – kebebasan yang tidak dapat direnggut oleh Nazi yang menagkapnya. Mereka dapat mengendalikan seluruh lingkungannya, mereka dapat berbuat apapun yang mereka kehendaki pada tubuhnya, tetapi Viktor Frnkl sendiri adalah orang yang secara sadar dapat memandang sebagai seorang pengamat setiap keterlibatan dirinya sendiri. Identitas dasar dirinya tetap utuh. Ia dapat memutuskan pada dirinya bagaimana semua ini akan mempengaruhinya. Di antara apa yang terjadi pada dirinya, atau stimulus, dan respon terhadap stimulus tersebut, terdapat kebebasan atau kekuatan untuk memilih respon tertentu.
Di tengah pengalamannya ini, Frankl kemudian memproyeksikan dirinya pada keadaan-keadaan yang berbeda, misalnya sedang memberikan kuliah pada para mahasiswanya sesudah ia dilepaskan dari kamp maut tersebut. Di dalam benaknya, ia akan menggambarkan dirinya berada di dalam kelas dan memberi pelajaran yang sedang ia pelajari selama menjalani siksaan.
Melalui serangkaian disiplin seperti ini – mental. emosional, dan moril, terutama menggunakan ingatan dan imajinasi – ia melatih embrio kebebasan yang lebih besar daripada orang-orang Nazi yang menangkapnya. Mereka memiliki kemerdekaan yang lebih besar, lebih banyak pilihan pada lingkungan mereka; tetapi ia memiliki lebih banyak kebebasan, kekuatan batin yang lebih besar untuk melatih pilihannya. Ia menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan bagi beberapa sipir penjara. Ia menolong orang lain menemukan arti penderitaan dan martabat mereka dalam keberadaan mereka di penjara.
MITOS 2 : Orang tidak bisa berubah. Mitos ini menekankan bahwa setelah seseorang menjadi dewasa, ciri kepribadian dan pola perilakunya terwujud secara nata. Mereka yang percaya akan mitos ini memberikan penalrannya bahwa jika pasangan mereka secara seksual aktif dengan berbagai pasangan sebelum pernikahan dan setelah menikah selalu bersikap tidak setia, maka meraka sudah terbiasa dengan perilaku demikian dan tidak bisa berubah. Jika psangan tidak bertanggungjawab dalam urusan keuangan selam lima belas tahun pertama pernikahannya, maka dianggap bahwa ia akan selalu tidak bertanggungjawab atas masalah keuangan. Jika pasangan anda suka berkata-kata kasar selama sepuluh tahun, maka anda berkesimpulan bahwa dia akan bersikap kasar selama hidupnya.
MITOS 3 : Pilihannya hanya terima nasib dan hidup sengsara atau keluar dengan bercerai. Mitos ini membatasi cakrawala seseorang mempunyai dua alternatif yang sama buruknya. Sekali pilihan dibuat antara kedua alternatif tersebut, individu itu menjadi tawanan dari pilihannya sendiri. Beribu orang hidup dalam penjara buatan sendiri ini karena mereka percaya akan mitos tentang pilihan yang terbatas.
MITOS 4 : Beberapa situasi benar-benar tidak memiliki jalan keluar. Mitos ini biasanya digabungkan dengan mitos Corollary :... dan situasi saya adalah salah satu darinya.” Orang yang menerima mitos ini memberikan alasan : “Mungkin ada harapan bagi orang lain, tetapi hubungan kami benar-benar gawat. Hal itu telah berlangsung lama, sakit hatinya terlalu dalam, dan kehancuran tidak bisa dipulihkan lagi. Tidak ada harapan.” Pemikiran seperti ini menimbulkan depresi dan kadang – kadang membuat orang bunuh diri.

KASIH SEBAGAI JAWABAN
Cinta merupakan senjata yang paling ampuh yang baik bukan hanya di dunia melainkan juga dalam hubungan yang sedang bermasalah. Ketika kita memilih untuk bersikap terbuka dengan sikap dan perbuatan yang penuh kasih terhadap pasangan kita walaupun seringkali gagal di masa lalu, kita akan menciptakan suasana dimana konflik bisa dipecahkan dan kesalahan bisa diakui serta perkawinan bisa diselamatkan. Hidup dalam kenyataan menyatakan “Saya akan memilih jalan cinta kasih karena kemungkinannya jauh lebih besar ketimbang jalan kebencian.”
Kasih adalah JawabanMartin Luther King Jr. Mengatakan, “ Saya memutuskan untuk tetap konsisten dengan cinta karena kebencian sungguh merupakan beban yang terlalu berat untuk ditanggung.” Jika kita tidak memilih mencintai orang lebih daripada yang patut diterimanya, maka tidak seorangpun akan pernah mengungkapkan cinta.
Senjata ampuh ini yang disebut cinta merupakan aspek terakhir dari hidup secara nyata. Ada enam unsur atau kenyataan yang mampu menunjukkan bahwa kasih satu-satunya jawaban bagi hubungan yang bermasalah. Keenam kenyataan itu adalah :
  1. Saya bertanggungjawab atas sikap saya sendiri
  2. Sikap mempengaruhi tindakan
  3. Saya tidak bisa mengubah orang lain, tetapi saya bisa mempengaruhi orang lain
  4. Perbuatan saya tidak dikuasai oleh emosi atau perasaan saya
  5. Mengakui ketidaksempurnaan saya bukan berarti bahwa saya orang yang gagal
  6. Cinta kasih merupakan senjata yang paling manjur bagi kebaikan di dunia.
Saya bertanggungjawab atas sikap saya sendiri. Permasalahan memang tidak bisa dihindarkan, tetapi kesengsaraan merupakan pilihan. Sikap ada hubungannya dengan cara yang saya pilih untuk memikirkan tentang sesuatu. Hal itu ada kaitannya dengan fokus atau pusat perhatian seseorang. Dua pria yang memandang keluar melalui jeruji besi, yang satu memandang ke arah lumpur, sedang yang lainnya memandang ke arah bintang-bintang. Dua orang berada dalam perkawinan yang bermasalah, yang satu menyumpah dan yang lain berdoa. Perbedaannya terletak pada sikap.
Pusatkan perhatian pada betapa sulitnya situasi itu maka keadaan akan bertambah buruk. Coba fokuskan pada satu hal yang positif maka hal positif lainnya akan muncul. Bakan di saat – saat paling sulit dalam sebuah hubungan yang bermasalah, masih ada titik terangnya. Fokuskan pada cahaya itu dan akhirnya sinarnya akan memenuhi ruangan itu. Socrates menyadari pentingnya sebuah sikap ketika ia menasihati kaum pria semasa hidupnya, “apapun yang terjadi, menikalah. Jika engkau mendapatkan istri yang baik, engkau akan bahagia; jika engkau mendapatkan yang buruk, engkau akan menjadi seorang filsuf.”
Alasan mengapa sikap itu sangan penting adalah bahwa sikap itu mempengaruhi tindakan saya : perilaku dan perkataan. Jika saya memiliki sikap yang pesimis, selalu mengalah, dan negatif, maka itu akan terungkapkan dalam perkataan dan pelaku yang negatif. Kenyataannya adalah bahwa saya tidak mampu mengendalikan lingkungan saya : suami pemabuk, pacar yang ketagihan obat, suami yang mengabaikan saya, dan sebagainya. Akan tetapi, saya bertanggungjawab atas apa yang saya lakukan dalam lingkungan saya. Sikap saya akan sangat mempengaruhi saya.
Bahwa saya tidak bisa mengubah pasangan saya, adalah suatu kebenaran yang sering dikatakan. Namun, bahwa saya bisa dan akan mempengaruhi pasangan saya merupakan suatu kebenaran yang seringkali terlewatkan. Karena kita adalah individu yang bebas, tidak seorangpun memaksa kita untuk mengubah pikiran atau perilaku kita. Sebaliknya, karena orang merupakan makhluk yang saling berhubungan, mereka dipengaruhi oleh semua orang dengan siapa mereka berhubungan.
Kenyataan ini mempunyai dampak yang luar biasa terhadap perkawinan. Saya harus mengakui bahwa saya tidak bisa mengubah pasangan saya,. Saya tidak bisa membuatnya menghentikan perilaku tertentu. Saya tidak bisa mengontrol perkataan yang keluar dari mulutnya, begitu pula saya tidak bisa mengontrol cara berpikir atau perasaannya. Saya bisa meminta kepada pasangan saya, tetapi saya tidak bisa memastikan bahwa ia akan beraksi seccara positif terhadap permintaan saya

KESIMPULAN
Kasih memang tidak mudah dilakukan. Tetapi saya tahu pasti bahwa kasih adalah jawaban. Tidak ada seorangpun yang mampu melakukan keenam hal ini tanpa kekuatan dari Tuhan, sumber kasih sejati. Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Dimana ada kasih, di situ ada jalan keluar ! Percayalah dan berdoalah supaya diberi kekuatan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar